Penulis :
(Oleh Ahmad Basri
Ketua : K3PP Tubaba
(Sarjana Ilmu Hubungan Internasional)
Tulang Bawang Barat | Prokontra.news | - Judul tulisan di atas merupakan “ pertanyaan “ hasil diskusi ringan dan sederhana di pagi hari “WA’ dari sahabat saya seorang jurnalis bernama Mirhan. Sosoknya buat saya adalah orang yang sedikit “menyebalkan” tapi kali ini perlu mendapatkan apresiasi apa yang ia pertanyakan. Pertanyaan itu menarik bagi saya yang “ hoby “ menulis.
Pertanyaan sahabat saya “ Mirhan “ bisa jadi sebuah bentuk kegelisahan tentang model pemimpin yang ada di Indonesia ketika melihat sosok seorang Ayatullah Ali Khamenei. Serta menjadi “imajinasi” bagi penulis untuk membangun tulisan “opini” lebih dalam lagi.
Ayatullah Ali Khamenei adalah pemimpin tertinggi Iran saat ini dan merupakan figur kuat yang melanjutkan warisan besar revolusi Islam Iran 1979. Ayatullah Ali Khamenei menjabat sejak 1989 menggantikan Ayatullah Ruhollah Khomeini seorang tokoh revolusi sekaligus pendiri Republik Islam Iran.
Sebagai Supreme Leader Ayatullah Ali Khamenei memiliki otoritas tertinggi atas semua urusan negara, militer, kehakiman, dan media. Semua ada dalam genggamannya. Kepemimpinannya menunjukkan kombinasi antara kekuatan spiritual seorang ulama dan kekuasaan politik yang absolut dalam sistem teokrasi modern. Ayatullah Ali Khamenei bukan hanya pemimpin politik tetapi juga penjaga pintu ideologis dan moral bangsa Iran.
Jika dipertanyakan mungkinkah Indonesia masa depan akan memiliki pemimpin seperti Ayatullah Ali Khamenei sebagaimana kegelisahan pertanyaan sahabat saya Mirwan diatas. Indonesia tampaknya masih sangat jauh dari kemungkinan melahirkan seorang pemimpin yang memiliki kekuatan spiritual dan politik seperti Ayatullah Ali Khamenei.
Dalam konteks politik dan sosial Indonesia hari ini bahkan untuk menumbuhkan satu pemimpin yang secara lahir dan batin bersandar penuh pada nilai - nilai Islam saja sudah terasa sulit, apalagi jika dibandingkan dengan tokoh revolusioner seperti Ayatullah Ali Khomeini. Ayatullah Ali Khameini adalah figur langka. Ayatullah Ali Khamenei adalah seorang ulama besar, pemimpin spiritual, sekaligus kepala negara dengan kekuasaan politik absolut.
Ayatullah Ali Khamenei sangat disegani dan dihormati karena keteguhan imannya serta kedalaman ilmunya dan keberaniannya menantang hegemoni dunia barat khususnya di kawasan Timur Tengah. Hal ini dibuktikannya dengan memberi pelajaran militer kepada Israel atas sikap agresinya di tanah Palestina. Dunia islam saat ini begitu hormat dengan sikap politik yang diambilnya atas kedzoliman Israel selama ini.
Bagaimana model kepemimpinan di Indonesia yang mayoritas umatnya beragama islam. Indonesia mayoritas pemimpin nasional lahir dari proses politik yang sangat pragmatis. Budaya demokrasi elektoral yang kita anut cenderung melahirkan pemimpin dari kelas “Islam abangan” bukan dari kalangan santri atau ulama. Islam abangan adalah mayoritas mendominasi wajah islam indonesia. Istilah anak zaman sekarang islam “KTP”.
Islam abangan sesungguhnya istilah yang dikembangkan oleh seorang sosiolog terkemuka Clifford Geertz “Islam abangan” adalah tipe keberislaman yang bersifat simbolik dan kultural tidak terlalu taat secara ritual dan cenderung sinkretik terhadap tradisi lokal. Islam abangan adalah mereka yang beragama Islam, tapi tidak menjadikan nilai-nilai Islam sebagai pemandu utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dari presiden ke presiden rasanya sangat sulit kita “Indonesia” menghasilkan sosok yang betul-betul mencerminkan kepemimpinan spiritual Islam. Sebagai contoh Jokowi “ mantan presiden” sering identik dengan Islam kultural Jawa “ kejawen” yang tidak mengakar ke tradisi pesantren - santri. Sama dengan Prabowo lebih mewakili nasionalisme militer bukan Islam ideologis.
Keduanya Jokowi - Prabowo dengan segala pencapaiannya masuk kategori islam abangan. Tidak menunjukkan ciri khas sebagai pemimpin muslim yang visioner dalam membangun peradaban Islam. Bahkan (maaf) untuk urusan shalat wajib pun kadang publik sering mempertanyakan konsistensi dan keteladanannya. Masih bolong - bolong.
Pertanyaannya selanjutnya mungkinkah Indonesia memiliki sosok pemimpin seperti Ayatollah Ali Khamenei. Jawabannya mungkin secara teoritis bisa tetapi tidak dalam waktu dekat dan bukan dalam sistem politik yang ada sekarang. Indonesia adalah negara yang sangat plural secara agama, etnis, dan budaya. Persoalan besarnya konstitusi “ UUD 45 “ tidak memungkinkan berdirinya negara teokratis ala seperti Iran. Sistem politiknya sangat berbeda. Karena itu lahirnya figur “ulama revolusioner” seperti Ayatullah Ali Khamenei akan selalu berbenturan dengan realitas sosial keagamaan.
Namun bukan berarti umat Islam di Indonesia tidak bisa melahirkan pemimpin yang spiritual dan berintegritas seperti Ayatullah Ali Khamenei. Yang dibutuhkan Indonesia hari ini bukan hanya pemimpin yang pintar secara teknokratis atau kuat secara politis tetapi pemimpin yang berani menegakkan keadilan atas dasar iman. Pemimpin yang tidak menjadikan Islam sekadar alat mobilisasi politik tetapi sebagai cahaya peradaban.
Pemimpin seperti ini mungkin tidak akan lahir dari proses pemilu yang transaksional seperti saat ini. Akan tetapi dari kesadaran kolektif umat islam untuk memperbaiki arah bangsa melalui pendidikan, dakwah, dan gerakan moral. Cuma itu yang dapat kita lakukan hari ini. Mungkin kita butuh waktu 100 - 150 tahun lagi melahir semangat pemimpin seperti Ayatollah Ali Khamenei. Ini bukan pandangan pesimistik tentang pemimpin model pemimpin hari ini.
Setidaknya waktu bukan masalah selama arah perjuangan tetap ditujukan untuk melahirkan pemimpin yang tak hanya cerdas secara duniawi tapi juga kuat secara rohani. Melihat pemimpin rajin ibadah bisa baca Al Qur’an saja umat sudah senang.(Red)